Perkenalkan namaku Rasha. Usiaku saat ini adalah 21 tahun. Pada
kesempatan kali ini aku akan menceritakan salah satu kisah kehidupan
seksual semasa aku duduk di bangku kuliah di sebuah perguruan tinggi di
Jakarta. Sebelumnya ijinkan aku untuk terlebih dahulu sedikit
mendeskripsikan tentang diriku pada masa itu. Saat itu aku berusia 18
tahun. Secara fisik aku tergolong sebagai mahasiswa yang tampan.
Tinggiku tidak kurang dari 177 cm, dan aku memiliki berat badan yang
proporsional dengan tinggi badanku. Wajahku tergolong tampan karena aku
memiliki hidung yang mancung dan alis yang tebal khas keturunan Arab.
Banyak wanita yang mengatakan aku memiliki dada yang indah sebagai
seorang pria, dada yang bidang.
Saat itu aku berpacaran dengan seorang mahasiswi di kampus. Namanya May.
Ia satu angkatan denganku. Secara fisik ia sangat cantik, memiliki
tubuh yang tinggi dan sangat seksi, serta dalam permainan ranjang, ia
telah memberikan keperawanannya kepadaku. Dalam hal percintaan dengannya
aku tidak merasakan kekurangan apapun, ditambah lagi ia adalah wanita
yang sangat setia dan benar-benar menyayangiku.
Namun sepertinya memang sudah jadi kodrat seorang laki-laki untuk selalu
menjadi petualang cinta. Setiap kali aku bermain ke kosan May, aku
malah berfantasi untuk bercinta d
engan Ayu, temannya yang menempati
kamar kos di sebelah kamar May. Hal itu terjadi berulang kali, bahkan
tak jarang ketika aku bercinta dengan May, aku membayangkan wanita yang
sedang bergumul denganku adalah Ayu.
Fantasi nakalku terhadap Ayu bukan semata-mata tanpa sebab. Ayu tak
kalah cantiknya dengan May. Wajah maupun tubuhnya sama indahnya dengan
May. Mereka berdua adalah sahabat baik. Bahkan aku dan May sering
berbincang-bincang bersama Ayu. Kami bertiga benar-benar saling terbuka.
Ayu pub tak sungkan lagi untuk membicarakan hal-hal yang pribadi
kepadaku maupun kepada May, termasuk membicarakan pengalaman seksnya
dengan pacar dan selingkuhan-selingkuhannya. May pun banyak belajar
tentang seks dari Ayu lewat perbincangan-perbincangan itu. Dan yang aku
tahu dari apa yang sering dibicarakan Ayu, ia termasuk wanita yang agak
mudah untuk memberikan tubuhnya kepada setiap orang yang menjadi pacar
ataupun selingkuhannya.
Dan kisah percintaanku dengan Ayu bermula pada suatu hari dimana waktu
itu seluruh mahasiswa di kampusku baru saja selesai menjalankan Ujian
Akhir Semeseter (UAS). Seperti kampus-kampus pada umumnya, setelah UAS
mahasiswa akan mendapatkan haknya berupa hari libur. May selalu pulang
ke daerah asalnya setiap kali liburan. Dan karena kami akan berpisah
untuk beberapa waktu, siang itu aku dan May bercinta dengan begitu
hebatnya hingga tak sadar haripun sudah menjelang sore.
“Sayang kamu jadi pulang hari ini?” tanyaku kepada May.
Tubuh kami berbaring di atas sebuah ranjang yang nyaman. May berada
dalam dekapanku. Tubuh kami berdua tidak dibalut sehelai benangpun.
“Iya sayang, aku harus pulang. Tadi mama aku telepon. Dia udah nyiapin
masakan kesukaan aku. Ga enak sama mama kalo aku ga jadi pulang hari
ini,” jawab May. “Tapi sebenernya aku masih mau di sini sama kamu
sayaaaang,” lanjutnya sambil mengeratkan pelukan kami.
Aku mengecup lembut bibir May. “Ya udah, nanti aku anter kamu sampe tempat biasa yang sayang.”
“Iya sayang. Ya udah aku mau mandi dulu ya,” ucap May. Sekali lagi bibir
kami saling berpagutan, dan kemudian May berdiri dari ranjang dan
berjalan menuju kamar mandi.
Aku melihat tubuh indahnya dari belakang. Montok, putih mulus, dan yang
pasti aku merasa bersyukur pernah menikmati tubuh seindah itu. Akupun
mengenakan kembali seluruh pakaianku dan keluar dari kamar untuk
merokok. Sesampainya di balkon kunyalakan sebatang rokok dan aku
menghisapnya perlahan.
“Rasha,” suara seorang wanita memanggilku.
Aku terperanjat kaget. Ternyata aku terlalu menikmati setiap hisapan
pada rokokku sampai aku tidak menyadari seseorang keluar dari dalam dan
sudah berada di balkon bersamaku.
“Eh, elo Yu. Bikin kaget aja,” ujarku setelah menyadari bahwa yang ada di balkon bersamaku adalah Ayu.
Ayu tersenyum. “May mana?” tanya Ayu.
“Lagi mandi tuh,” jawabku. Kulihat pakaian yang dikenakan Ayu seperti
pakaian yang biasa dipakai kalo dia sedang berada di kosan. Tank top dan
hotpant, itulah yang dikenakannya jika sedang di kosan. Dan hari ini ia
mengenakan tank top berwarna kuning dan hotpant hitam.
“Abis ngapain elo?” Ayu meledekku dengan candaan cabul yang sudah biasa diantara kami.
“Hahaha. Pake ditanya. Udah tau pake nanya,” jawabku sambil tertawa.
“Sha, elo mau bayarin HP gue ga?” tanya Ayu tiba-tiba.
Aku merasa agak kaget dengan pertanyaan Ayu. “Emang kenapa HP elo Yu?” tanyaku kepadanya.
“Gue lagi butuh duit nih,” jawab Ayu. “Mau ga? Mau ya? Pliiiissss. Ya itung-itung bantu temen lah.”
“Emang elo mau jual berapa?” tanyaku. Sebenarnya aku tidak tertarik untuk membeli HP Ayu.
“Gue buka harga dua juta deh. Masih bisa nego sama elo mah,” Ayu menyebutkan harga yang diinginkannya.
“Waduh, gue ga ada uang kalo segitu,” jawabku jujur. “Mahal amat,” lanjutku.
“Ya makanya elo maunya berapa? Dua kali bayar juga ga apa-apa deh,” Ayu berusaha membujukku untuk mau membeli HP miliknya.
“Emang elo butuh berapa?” tanyaku kepada Ayu.
“Ya sekarang sih gue butuh sekitar satu jutaan dulu.”
“Ya udah nanti gue pikirin lagi ya,” pembicaraan kami berakhir sampai
disitu karena May ternyata sudah selesai mandi dan sedang bersiap-siap
untuk pulang ke rumahnya di sebuah kota di Jawa Barat.
Aku mengantar May sampai ke tempat ia biasa naik bus menuju kota
asalnya. Sepanjang perjalanan aku terus terbayang akan percakapanku
dengan Ayu di balkon tadi. Dalam hati kecilku terpikir untuk
membantunya, tapi kenyataannya memang untuk saat ini aku sedang tidak
memiliki uang sebanyak itu.
Akhirnya tiba-tiba terlintas dalam pikiranku sebuah ide yang menurutku
dapat menguntungkan aku dan Ayu. Aku sebenarnya agak ragu dengan ideku,
namun ideku ini terlalu menguntungkan untuk aku pertimbangkan kembali.
Sepanjang jalan aku memikirkan langkah-langkah yang harus aku lakukan
untuk memuluskan ideku ini.
Sesampainya di tempat pemberhentian bus, diam-diam aku memasukkan dompetku dari dalam celanaku ke dalam tas.
“Sayang, kamu liat dompetku ga?” tanyaku sambil berpura mencari-cari dompetku.
“Aku ga liat. Emang kenapa sayang?” tanya May kepadaku.
“Dompet aku kok ga ada ya?” aku merogoh kantong celanaku berpura-pura mencari dompetku.
“Tadi terakhir kamu pegang dimana?” May bertanya lagi kepadaku.
“Biasanya kan dompet kamu selalu ada di kantong celana kamu,” lanjutnya.
“Apa jangan-jangan ketinggalan di kosan kamu ya sayang?” aku
berpura-pura seolah mengingat-ingat dimana sekiranya dompetku berada.
“Mmm, terus gimana sayang? Masa mau balik ke kosan aku lagi? Sekarang
udah sore, kalo balik ke kosan lagi nanti aku pulang ke rumah kemaleman
sayang,” ucap May.
“Ya udah, nanti aku sendiri aja yang ke kosan kamu sayang. Kamu pulang aja,” aku mengusap kening May.
“Ga apa-apa sayang?” tanya May dengan wajah cemas.
Aku tersenyum kepada May. “Ya ga apa-apa dong sayang,” jawabku
menenangkan May. Dalam hati aku memang berharap aku sendiri saja yang
kembali ke kosannya. Karena kalau May ikut kembali ke kosannya rencanaku
sudah pasti akan gagal.
“Ya udah, ini kunci kosannya kamu pegang dulu aja ya sayang,” May menyerahkan kunci kamar kosnya kepadaku.
Tak lama setelah itu bus yang menuju ke kota tempat tinggal May datang.
Ia masuk ke dalam bus, dan setelah bus itu berjalan akupun langsung
memacu sepeda motorku dengan cepat untuk kembali ke kosan yang berada
tak jauh dari lingkungan kampusku.
Jantungku berdegup kencang selama perjalananku kembali ke kosan May.
Rencana ini belum pernah terpikir sebelumnya, dan sudah tentu aku baru
pertama kali berniat melakukan rencana ini.
Aku masuk ke dalam kamar kos May. Aku sengaja berlama-lama di kamar itu,
karena yang aku harapkan Ayu lewat di depan kamar May dan kemudian
mengobrol bersamaku. Tak ada yang aku cari di kamar kos May, karena
sebenarnya dompetku benar-benar tidak hilang. Pintu kamar kos May
sengaja aku biarkan terbuka, agar ketika Ayu lewat dapat melihatku
berada di dalam kamar.
“Loh, Rasha. Bukannya tadi elo udah nganter May pulang?” tanya Ayu sedikit bingung.
‘Akhirnya, dia lewat juga dan ngeliat gue di sini,’ ujarku dalam hati.
Aku tersenyum kecil, walaupun sebenarnya jantung ini terus berdegup
semakin kencang.
“Iya Yu, dompet gue ketinggalan,” jawabku sambil tersenyum. “Jadi ya mau
ga mau gue harus balik lagi kesini buat ngambil dompet ini,” lanjutku
sambil menunjukkan dompetku seolah aku baru saja menemukannya kembali
beberapa saat yang lalu.
“Dasar pikun,” ledek Ayu.
Aku tertawa saja diledek seperti itu oleh Ayu
“Oh iya, gimana yang tadi? Elo mau bayarin HP gue ga?” tanya Ayu kepadaku.
“Mmm, sebenernya sih gue mau banget nolongin elo Yu. Tapi gimana ya....” aku sengaja tidak melanjutkan perkataanku.
“Gimana apanya Sha?” tanya Ayu.
“Gue lagi ga megang duit segitu,” jawabku. “Ini aja di dompet gue tinggal tiga ratus ribu.”
“Yaaaah. Ya udahlah ga apa-apa kok Sha. Nanti gue jual di counter aja deh,” terlihat raut kekecewaan di wajah cantik Ayu.
‘Makin cantik aja dia kalo lagi kecewa gitu,’ pikirku di dalam hati.
Imajinasiku terus berkelana membayangkan wajah cantik itu sedang meleguh
nikmat ketika tubuhku berada di atas tubuhnya dengan batang kemaluanku
tertancap di dalam liang vaginanya.
“Sori banget ya Yu,” ucapku kepadanya.
“Ga apa-apa kok Sha.”
“Emang elo lagi butuh banget uang itu ya Yu?” tanyaku mencoba mencari tahu.
“Iya, gue lagi bener-bener butuh uang itu,” jawab Ayu memelas.
“Mmm, gitu ya Yu,” aku berpikir sejenak. “Ya udah uang ini elo pegang
dulu aja,” aku mengeluarkan uang yang ada di dalam dompetku dan
menyerahkannya kepada Ayu.
“Ehh, ga usah Sha. Ga apa-apa kok. Nanti HP ini gue jual ke counter aja,” Ayu menolak uang pemberianku.
“Ga apa-apa Yu. Masalah HP elo mah terserah mau elo jual kemana. Kalo
uang ini elo terima aja. Anggap aja sebagai bantuan dari gue,” aku
menempelkan telapak tanganku ke telapak tangan Ayu dan memaksanya untuk
menerima pemberianku.
“Beneran ga nih apa-apa Sha?” tanya Ayu kepadaku.
“Ga apa-apa Ayu,” aku tersenyum kepada Ayu.
“Elo baik banget Sha,” ucap Ayu. “Makasih ya Sha.”
Entah sejak kapan, tapi aku baru sadar kalo mata kami sedang saling
menatap dan tanganku masih menggenggam tangannya. Jarak antara wajah
kami hanya sekitar beberapa sentimeter saya.
Ayu melepaskan telapak tangannya dari genggamanku dan meletakkan uang
yang aku berikan dan meletakkannya di atas meja belajar yang berada
tepat di sebelah kanannya.
Jantungku berdegup semakin kencang dalam keadaan seperti ini. Wajah kami
begitu dekat, bahkan aku bisa merasakan hembusan nafasnya menerpa
wajahku.
“Yu, elo tau ga ketika gue lagi ML sama May, gue sering ngebayangin kalo
cewek yang lagi ML sama gue itu elo,” entah berasal dari mana
keberanianku untuk berbicara seperti itu. Dan kuberanikan pula kedua
tanganku untuk memegang panggulnya.
Ayu nampaknya kaget dengan apa yang aku ucapkan. Aku tidak tahu apa yang
ada di pikirannya saat ini, tapi yang pasti tidak ada reaksi penolakan
terhadap kedua tanganku yang sedang berada di pinggulnya.
Kulihat wajah Ayu tersenyum kepadaku dan dalam hitungan detik bibir kami
saling berpagutan. Aku sangat menikmati permainan lidahnya. Lidah kami
saling beradu. Yang kurasakan kami mulai terhanyut dalam derasnya aliran
birahi.
Kuberanikan tanganku untuk naik ke bagian atas pinggulnya hingga
kutemukan gundukan empuk yang masih tertutup tank top kuning dan
branya. Kuremas perlahan payudaranya itu. Sama sekali tidak ada reaksi
penolakan darinya, dan yang terjadi malah permainan lidah kami menjadi
semakin ganas.
Tangan kiriku terus meremas payudaranya sementara tangan kananku menutup
pintu kamar dan menguncinya. Ayu melingkarkan kedua tangannya di
leherku, membuat permainan lidah kami semakin panas. Kuturunkan kembali
tanganku untuk dapat menyusup lewat bagian bawah tank topnya dan meraba
bagian perutnya. Halus sekali kulitnya terasa.
Ayu melepaskan ciuman kami. Matanya menatapku sayu. Dari tatapannya aku
dapat mengambil kesimpulan bahwa ia juga telah terseret ke dalam
permainan birahi ini. Kedua tangannya masih dilingkarkan di leherku.
“I love you Yu,” ucapku sambil menatap matanya.
Ayu menarik leherku dengan tangannya agar wajah kami berdekatan kembali.
Dan bibir kami kembali berpagutan. Kudorong sedikit tubuh Ayu sehingga
ia agak bersandar ke meja belajar di belakangnya.
Ciuman kami semakin panas. Kunaikkan tank topnya sehingga dan kulepaskan
tank top itu dari tubuhnya. Kulihat ia mengenakan bra berwarna hitam.
Kontras sekali dengan warna kulitnya yang putih mulus. Ia pun menarik
kaosku ke atas, memberikan kode kepadaku untuk melepaskan kaos yang
kukenakan. Aku mengerti akan keinginan Ayu, dan akupun melepaskan kaos
yang aku kenakan.
Kupeluk tubuh Ayu dan kami kembali melanjutkan permainan lidah kami.
Ciumanku turun ke lehernya. Kucumbui lehernya yang jenjang itu.
“Ough Sha,” kudengar Ayu mulai meleguh nikmat. “Ssshhh,” desisnya.
Ayu menempelkan telapak tangannya di dadaku. Sementara mulutku terus
mencumbui lehernya, tangan kananku membelai perutnya dan sesekali
meremas payudaranya. Kuselipkan tanganku masuk ke dalam branya dan
kurasakan putingnya mengacung keras. Kupermainkan putingnya dan kucubit
pelan.
“Ahhh, sayanghhh,” desahannya semakin jelas terdengar.
Bibirku kembali bertemu dengan bibirnya. Hangat sekali lidahnya di dalam
mulutku. Tangan kiriku meraba-raba punggungnya, mencari pengait bra
hitamnya itu. Dalam sekali usahaku, pengait itu berhasil aku lepaskan
dan beberapa detik kemudian bra hitam yang dikenakan Ayu sudah
tergeletak di lantai.
Aku terperangah melihat keindahan payudaranya. Ukurannya tidak terlalu
besar, namun terlihat padat dan pas untuk aku genggam. Putingnya
berukuran sedang telah mencuat dengan runcingnya.
Aku berniat untuk mengulum payudara Ayu. Kuturunkan kepalaku agar bisa
sejajar dengan payudaranya. Namun tiba-tiba saja tangannya menahan
bahuku agar wajahku tidak mendekati payudaranya.
“Sha,” Ayu memanggil namaku. Dinaikkannya wajahku mendekat dengan wajahnya.
Suasanan hening sejenak. Yang terdengaar hanyalah detak jam dinding di kamar May dan suara dengus nafas kami.
“Ini udah terlalu jauh,” Ayu berkata kepadaku.
Perkataan Ayu membuatku tersentak dan tersadar bahwa apa yang baru saja
terjadi tidak sepantasnya terjadi. Ayu adalah sahabat May, kekasihku.
Dan saat ini kita baru saja saling bercumbu di kamar May, kekasihku.
Tiba-tiba HP ku berdering. Sebuah SMS masuk, dan itu dari May.
‘Sayang ketemu ga dompetnya?’ May menanyakan kepadaku tentang dompetku.
“Itu May ya?” tanya Ayu kepadaku.
Aku menjawab pertanyaan Ayu dengan anggukan kepala. Aku mengetik SMS
balasan untuk May. Kukatakan dompetku ada di kamar kosnya dan sekarang
aku mau pulang ke rumahku karena hari sudah sore.
Kuletakkan HP ku dan aku kembali menatap Ayu. Aku benar-benar mengagumi
tubuh indahnya yang sedang berada di hadapanku dengan bagian atas tanpa
busana apapun. Kubimbing tangan Ayu untuk kembali dilingkarkan ke
leherku dan akupun memegang pinggulnya.
“I love you Yu,” acapku sambil menatap matanya dalam-dalam.
Ayu menunduk, aku tahu ada sebuah dilema yang bergolak di dalam hatinya.
Namun dengan cepat tanganku meraih wajahnya dan saat itu juga aku kecup
kembali bibirnya.
“Mmhh,” terdengar leguhannya.
Aku benar-benar tidak mau menyia-nyiakan moment ini tanganku semakin
aktif bergerilnya di tubuhnya. Kuselipkan tangan kiriku masuk ke dalam
hotpant dan CD yang dikenakannya. Kuusap vagiananya dan kurasakan
rupanya vaginanya sudah mulai basah.
“Ahh, Rasha,” Ayu mendesah dan desahan itu membuatku semakin bergairah untuk mencumbui setiap inchi tubuhnya.
Kutemukan klitorisnya dan kemainkan benda itu. Tubuhnya bergetar.
Kulepaskan ciumanku dari bibirnya, dan langusng kulahap payudaranya.
Kuemut putingnya dan aku beri gigitan-gigitan kecil seperti yang biasa
aku berikan kepada May.
“Aaahh... Ahhhh, Rasha,” Ayu mendesah semakin keras dan kurasakan
nafasnya semakin memburu. Selangkangannya mulai ikut bergoyang
mengimbangi permainan jariku pada klitorisnya.
Aku terus mempermainkan payudara Ayu dengan cumbuanku dan klitorisnya
dengan jari-jariku. Dan aku rasakan lidah Ayu mulai menjilati daun
telingaku. Permainannya semakin aktif dan itu semakin menambah gairahku.
“Sha. Ahhhh... guee... ga.... kuaaaattt,” ucap Ayu diiringi dengan
desahannya. “Ahhh... Ahhhhh... Shhhh... Aaaahhhhhh,” ia mendesah panjang
menandakan ia telah mendapatkan orgasme pertamanya dalam permainannya
bersamaku ini.
Aku menghentikan permainanku. Kukeluarkan tanganku dari dalam
hotpantnya. Aroma kewanitaannya tercium semerbak di ruangan ini.
Kubiarkan ia menstabilkan nafasnya sambil sesekali kukecup bibirnya dan
kubelai lembut tubuhnya.
Tiba-tiba Ayu mendorong kencang tubuhku sehingga aku langsung jatuh
terbaring di atas ranjang. Perbuatan Ayu membuatku kaget dan selama
beberapa detik aku benar-benar tidak bisa memikirkan apa yang terjadi
kepadanya. Namun ia langsung mendekat kepadaku. Diraihnya ikat
pinggangku dan dilepaskan resleting celanaku. Dengan gerakan sedikit
memaksa ia langsung memelorotkan celanaku beserta CD yang aku kenakan.
Ayu tersenyum nakal kepadaku. Digenggamnya batang kemaluanku yang telah
berdiri tegak mengacung. Dikocoknya kemaluanku perlahan dan dimasukkan
kepala kemaluanku ke dalam mulutnya.
“Ougghh, enak banget Yu. Terus sayanghh,” aku meleguh nikmat merasakan hangatnya kemaluanku di dalam mulutnya.
Ayu memasukkan kemaluanku semakin dalam ke mulutnya. Rasa hangat dan nikmat terasa begitu dominan bagiku.
“Ahhh... Enak sayaaang,” desahku.
Desahanku sepertinya membuat Ayu semakin bersemangat dalam permainan
ini. Ia terus mengeksplorasi kemaluanku itu dan tak jarang ia memainkan
buah pelirku dengan mulutnya.
“Mmhh... Mmmhhhh,” terdengar Ayu pun juga mulai menikmati permainannya.
Permainan Ayu membuat kemaluanku seperti mau meledak mengeluarkan lahar
panas yang baru beberapa jam lalu keluar saat aku bercinta dengan May.
Aku sadar mungkin permainan bisa berakhir disini jika aku keluar
sekarang. Kuhentikan permainan Ayu dan kubimbing tubuhnya untuk
berbaring di ranjang.
Kuciumi lehernya dan kupilin putingnya.
“Ssshh... Sha... Gue ga tahannn... Masukin sekarang ya sayang,” desahannya semakin kacau.
Kulumat bibirnya untuk meminimalisir desahan-desahan yang keluar dari
mulutnya sambil tanganku terus memainkan putingnya yang mengacung
lancip. Kurasakan tangan Ayu memegang batang kemaluanku dan
mengocok-ngocoknya perlahan.
Desahan-desahan terdengar memenuhi kamar May, tempat dimana saat ini aku sedang bercinta dengan sahabatnya.
Ayu menempelkan ujung kemaluanku ke bibir vaginanya. Aku mengerti
kemauannya. Perlahan aku tekan tubuhku agar kemaluanku bisa masuk ke
dalam liang vaginanya.
“Aaahhhh... Terus Rasha sayaaaanggghhh... Uuhhh,” Ayu mendesah nikmat.
Aku pun merasakan kenikmatan yang sama dengan apa yang dirasakan Ayu.
Walaupun baru kepala kemaluanku yang berhasil menembus liang vaginanya,
namun pijitan dan kehangatan vagina Ayu benar-benar membuatku terasa
melayang.
“Masukin... lagi... ahhh...sayaangg... Ayo elo entotin gue. Ahhhhhh,” desahan Ayu mulai diikuti dengan kata-kata kotor.
Dengan tiba-tiba kubenamkan seluruh kemaluanku ke dalam liang vaginanya.
“AAAAAAAHHHHHHHHHH,” desahan Ayu berubah menjadi teriakan. Punggungku
dicakarnya dan bahuku pun digigtnya. “Elo nakal banget Sha,” Ayu
menengadahkan kepalanya ke atas. Matanya terpejam menahan kenikamatan
penisku.
Kurasakan Ayu mempererat pelukannya kepadaku dan kedua kakinya pun
dililitkan ke tubuhku. Aku mulai mengocok batang kemaluanku di dalam
vaginanya.
“Ahhh... Ahhhhh... Shhhhh... Nikmat banget Shhaaa,” mulut Ayu berkata
hal-hal yang menggambarkan kenikmatan yang sedang dirasakannya.
“Nikmat banget punya elo Yu. Ssshhh... Sempit... Angeeett,” aku memuji
vagina Ayu yang memang terasa sangat nikmat dan mampu memanjakan
kemaluanku dengan sangat sempurna.
Tempo kocokanku semakin cepat dan Ayu pun mengimbangi pergerakanku
dengan menggerakkan pantatnya naik turun. Bibir kami saling berpagutan
dan dada kami saling menempel memberi kehangatan satu sama lain.
“Aaaahhhh... Ahhhhh... Shhaaaa, gue mau... k... keluaaarrr...” ujar Ayu.
Aku tidak berkata apa-apa menanggapi perkataan Ayu. Yang aku lakukan
adalah terus menservis Ayu untuk membawanya mendapatkan orgasme
keduanya.
“Aaaaahhhh... Shaaaaa... Ter... Teruusssss sayaaaaannngggghhh.. Ahhh...
Uuuhhhhh... Aaaaahhhhhhh,” Ayu mendesah panjang. Ia telah mendapatkan
orgasmenya yang kedua dalam permainannya bersamaku.
Aku menghentikan kocokanku di vaginanya. Kubiarkan ia mengambil nafas.
Kulihat Ayu memejamkan matanya. Dia memelukku mesra dan aku sangat
menikmati kehangatan tubuhnya. Kubiarkan batang kemaluanku tetap
bersemayam di dalam liang vaginanya. Dibukanya matanya dan mata kami pun
saling menatap. Kukecup lembut bibirnya.
“Elo hebat banget Sha,” pujinya.
Aku hanya tersenyum menanggapi pujian Ayu.
Ayu membimbingku untuk berbarin di sebelahnya. Dia mengusap-ngusap batang kemaluanku yang masih tetap berdiri tegak.
“Sekarang giliran gue yang bakal muasin elo,” bisik Ayu di telingaku.
Dengan lembut dikulumnya kemaluanku. Aku tak kuasa menahan kenikmatan
ini dan hanya bisa mendesah untuk menunjukkan betapa nikmatnya cara yang
dipergunakan Ayu untuk memuaskan hasrat birahiku.
“Aaahhh... Enak banget Yuuu,” desahku.
Permainan ini berlangsung sekitar sepuluh menit. Setelah puas
mengeksplorasi kemaluanku dengan mulutnya, ia mengambil posisi
mengangkan di atas kemaluanku. Pelan-pelan diarahkan batang kemaluanku
ke bibir vaginanya.
“Ssssshhhhh... Ahhhhh,” batang kemaluanku mulai masuk kembali ke dalam vaginanya.
Ayu melai menggerakkan pinggulnya dengan liar.
“Ahhhhhh... Ahhhhhh... Aaaahhh,” suara desahan-desahan kami kembali terdengar memenuhi kamar ini.
Aku sangat terangsang melihat payudaranya yang naik turun seirama dengan
pergerakan tubuhnya yang semakin liar. Dengan sangat bernafsu kuremas
payudaranya dan kulumat putingnya dengan buas.
“Sssshhh... Ahhhhhhhh... Terus Rassssshaa... Terusssiiiinnn
sayaaaaaaaanngggghhhh,” Ayu terlihat sangat menikmati apa yang aku
lakukan ini.
Gerakan-gerakan liar yang dilakukan Ayu membuat permainan ini semakin
membawa kami tenggelam dalam lautan birahi. Kurasakan keringatnya mulai
bercucuran dan menetes dari tubuhnya ke tubuhnku.
“Aaaahhh.. Aaaaah... Aaaaaaahh,” aku pun ikut mendesah merasakan betapa nikmatnya permainan ini.
Aku meremas pantat Ayu yang bulat dan hal itu membuat gerakannya semakin liar dan tak terkendali.
“Aaahhhhhh... Ahhh... Aaaaaahhhh...” desahannya semakin keras dan akupun semakin semangat menghisap putingnya dengan mulutku.
“Aaaaaaaaahhhhhh... Aaaaaaaaaaahhhhhhhhhh...
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhh,” desahan panjang Ayu menandakan ia telah
mencapai orgasme lagi.
Tubuhnya bergetar. Dan kurasakan kembali cairan kewanitaannya membasahi
batang kemaluanku yang sedang terbenam nyaman di dalam liang vaginanya.
“Aaaaaaahhhhhh,” desahnya. Tubuhnya melemas dan tergeletak menindih tubuhku. “I love you Sha,” ia melumat bibirku.
Kubiarkan kecupan ini berlangsung beberapa saat dan kubiarkan Ayu menikmati orgasmenya yang ketiga.
“Gue belom bisa bikin elo keluar ya Sha?” tanya Ayu kepadaku.
Aku tersenyum kepada Ayu. “Terus gimana dong sayang?” tanyaku kepada Ayu.
“Sekarang terserah elo deh mau ngapain gue,” jawab Ayu.
“Beneran nih?” godaku sambil meremas bongkahan pantatnya yang bulat dan padat. “Gue pengen doggy style,” tantangku.
“Siapa takut?” Ayu tersenyum.
Kami saling berciuman kembali sampai kurasakan Ayu telah berhasrat untuk
kembali melanjutkan permainan ini. Ia bangkit dan membuat penisku
terlepas dari liang vaginanya. Kurasakan kenikmatan luar biasa saat
penisku secara perlahan terlepas dari liang surganya itu.
Ayu menungging dan aku pun mengambil posisi di belakangnya.
PLAAAAAKK. Kutampar bongkahan pantatnya yang sangat menggodaku.
“Ouuuugggghhh,” leguh Ayu. Ia menengok kepadaku dan memberikan tatapan nakalnya.
Kuarahkan penisku ke vaginanya. Kudorong perlahan hingga seluruh batang kemaluanku dapat menerobos liang kenikmatannya itu.
Kukocok-kocok terus batang kemaluanku di dalam liang vagiana Ayu yang benar-benar memberikan kenikmatan bagiku.
“Ssssshhhhhh... Aahhhh... Aaaaaahhhh... Ouuuuugghhhh,” desahan demi desahan keluar dari mulut Ayu dan mulutku.
Plok. Plok. Plok. Plok. Terdegar pula suara pahaku yang beradu dengan pantat Ayu.
“Ssshhhh,” aku mempercepat kocokanku.
Tiba-tiba saja aku teringat bahwa Ayu pernah bercerita kepadaku dan May
bahwa ia pernah melakukan anal sex oleh beberapa pacarnya. Hal itu
tiba-tiba saja muncul kembali ke pikiranku.
Kulihat lubang anus Ayu memang terlihat bersih. Sambil terus mengocok
batang kemaluanku di vaginanya, kumasukkan ibu jariku ke lubang anusnya.
“Aaaaahhhhhhh... Aaaaaaaahhhhhhh... Aaaaaaaaaaaaahhhhhhhh,” Ayu menjadi semakin liar.
Kumainkan peran ini sebaik mungkin. Kunaikkan tempo kocokan penisku dan
ibu jariku pun mulai semakin aktif memainkan lubang anusnya.
“Ooooooouuughhh... Oougggggghhh... Sayanggggghhh...” desahnya. Semakin keras dan semakin keras.
Kurasakan Ayu sepertinya akan mencapai orgasme lagi. Kutarik keluar kemaluanku dari vaginanya.
“Ouuuggghhh, kok berenti sayang?” tanya Ayu. Kulihat ada semacam raut kekecawaan di wajahnya.
Kutampelkan ujung kemaluanku di lubang anusnya. Kudorong perlahan,
berharap batang kemaluanku bisa masuk ke dalam lubang anusnya. Namun
usahaku sia-sia. Kemaluanku tidak bisa menembus lubang anusnya.
Ayu tersenyum melihat apa yang aku lakukan. “Elo mau anal?” tanyanya kepadaku.
Aku mengangguk.
“Lugu banget sih elo Sha,” ujar Ayu.
Ayu tersenyum kepadaku. Dia bangkit dan tidak lagi menungging.
Dikecupnya bibirku dan dia berdiri turun dari ranjang tampat pergumulan
kami. Aku berpikir dia tidak mau melakukan anal seks denganku, namun
ternyata pikiranku salah. Dia berjalan menuju meja rias May, mengambil
body lotion, menuangkan isinya, dan mengusap-usap lotion itu ke seluruh
batang kemaluanku.
“Ayo masukin sekarang,” Ayu kembali menungging di hadapanku.
Kuarahkan penisku ke lubang anusnya. Perlahan kutempelkan dan kudorong
penisku untuk masuk ke dalam. Dan akhirnya seperempat dari batang
kemaluanku berhasil masuk ke dalam lubang anusnya.
“Ssssshhhhh,” Ayu mendesah.
“Aaaahhhh,” akupun mendesah. Bukan main rasanya, sempit sekali. Benar-benar nikmat.
“Dikocok sayang. Pelan-pelan aja ya,” pinta Ayu.
Akupun menuruti permintaan Ayu. Ini adalah pengalaman anal seksku yang
pertama kali. Kukocok kemaluanku menjelajahi lubang anusnya.
“Aaaaahhhh.. Aaaaahhhhhhh... Ahhhhhhhh,” desahan Ayu terdengar agak lebih keras dari desahan-desahan sebelumnya.
“Ooooouggghhhh.. Aaaaaahhhhhh... Aaaaahhh,” akupun tak bisa menahan desahanku. Benar-benar nikmat rasanya.
Permainan ini terus berlangsung hingga akhirnya kemaluanku bisa dengan
leluasa keluar masuk anusnya. Namun ternyata permainan ini tidak bisa
berlangsung cukup lama. Sempitnya liang anal Ayu membuat penisku terasa
sudah mau memuntahkan cairan pamungkasnya.
“Aaaaahhhhh... Ahhhhh... Ahhhhhh... Ayu, gue mau keluar sayaaaaaaaang,” desahku.
“Terrrruusssshhhh... Terrruussshhh... Sayaaaaangggg... Aaaaahhhhh,” Ayu pun mendesah.
Aku mempercepat kcokan kemaluanku dan akhirnya....
“Aaahhh... Aaaaaaaaahhhhhhhh... Aaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhh,” pertahananku bobol juga.
Kutumpahkan cairan spermaku di dalam anus Ayu. Seketika tubuhku terasa
sangat lemas. Ayu pun terlihat mengalami hal yang sama. Tubuhnya
langsung rubuh, tengkurap di atas ranjang. Kutindih tubuhnya dari
belakang. Kuciumi telinganya dan kukecup bibirnya dengan mesra.
“Love you Ayu,” ucapku.
“Love you too beb,” balas Ayu sambil tersenyum puas.
Ayu merespon ciumanku dengan lemas. Ia tersenyum puas sambil memejamkan
matanya. mungkin ia sedang berada dalam keadaan setengah sadar setelah
melakukan pergumulan yang sangat spektakuler bersamaku. Aku juga
merasakan kepuasan yang sama. Dan kamipun tertidur di kamar itu selama
beberapa jam sambil berpelukan tanpa busana. Gila memang, aku
berselingkuh dengan sahabat pacarku. Dan ironisnya perselingkuhan itu
terjadi di kar kos pacarku. Pergumulan yang aku lakukan dengan sahabat
pacarku terjadi di atas ranjang yang biasa menjadi tempat tidur pacarku
dan tempatku bergumul dengan pacarku.
Ketika aku membuka mata ternyata jam sudah menunjukkan pukul sebelas
malam. Aku berniat pulang, namun Ayu menyarankan kepadaku untuk
membersihkan diri terlebih dahulu. Kuturuti saran Ayu. Kami berdua mandi
bersama, dan hal tersebut malah membuat birahi kami bangkit kembali.
Kami memulai kembali permainan kami di kamar mandi dibawah guyuran air
yang keluar dari shower. Dan akhirnya aku memutuskan untuk menginap di
kosan bersama Ayu. Bercinta semalaman dengan Ayu.
Selama pacarku sedang ada di kampung halamannya, aku berulangkali
melakukan percintaan dengan Ayu. Dan pacarku, May, tak pernah mengetahui
hal itu.
Sahabat pacarku, i love you.
source : www.semprot.com (mr . cassanova_ladiesman )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar