ini adalah kisah yang ku alami sendiri,
sebelumnya ijinkan aku memperkenalkan diri namaku anggap saja rido dari kampung K dan mohon dimaklumi jika tulisanku ini sedikit berantakan mengingat ini pertama kalinya kutumpahkan kisahku, saat ini aku masih menempuh pendidikan disebuah perguruan tinggi swasta di kota S ,aku adalah anak pertama dari keluarga sederhana yang sejak kecil pendidikan agama adalah suatu hal atau bahkan bisa kukatakan menjadi doktrin didalam keluarga kami. hal ini menjadikan aku seorang pemuda yang bisa dibilang cukup religius sampai saat aku lulus sekolah menengah atas (SMA).
ketika aku lulus sma aku langsung melanjutkan pendidikan ke kota S, awalnya semua masih sama seperti ketika aku masih tinggal di kampung, hari-hari kegiatanku masih diisi dengan kegiatan yang mengarahkan ku tetap di jalur yang benar. namun semua itu mulai mengalami perubahan saat kuliahku memasuki semester kedua, diawali ketika aku pulang dari kampung setelah liburan semester pertama, dengan menumpang bis perjalanan menuju kota S pun dimulai dan awal perubahan cara hidupku terjadi, yah begitulah awalnya ketika bis berhenti di sebuah perhentian di kampung D dimana memang setiap bis yang menuju ke kota S berhenti disitu untuk mengambil penumpang, naiklah seorang cewe yang cukup menarik . namun karena memang sejak puber aku ga pernah yang namanya pacaran apa lagi mendekati seorang cewe, aku tidak terlalu memperhatikannya, dan selama inipun tak pernah terpikir untuk mencari pacar, karena pikir ku toh kuliah yang bener dulu , nanti setelah lulus barulah aku berencana mencari pacar. namun hari itu entah angin darimana atau memang takdir kali ya, cewe begitu masuk ke dalam bis langsung memilih posisi duduk di samping ku yang kebetulan memang kosong.awalnya kami hanya saling berdiam diri, namun ketika perjalanan sudah mulai beberapa jam barulah kami mulai berkomunikasi diawali dia yang bertanya "mau kemana?" tanyanya " ke S , kamu?" tanyaku, " sama", "ooh, tinggal dimana?"... dan begitulah sampai kemudian kami berkenalan dan baru ku tahu kalau namanya anggap saja Dinda dan saat itu di masih sekolah disebuah SMA swasta di kota S. ya setelah mengobrol cukup lama dan perjlanan masih jauh,(dari kampungku ke kota S sekitar 10 jam) kami pun mulai terdiam lagi dan mlai ngantuk, tak lma kemudian Dinda pun sudah terlelap, karena jalanan yang kondisinya kurang bagus mobil pun oleng ke kiri dan kanan dan karena sudah sangat pulas karena terlalu lelah kepala Dinda pun bersandar di bahuku yang memang ga bisa tidur meski ngantuk dan lelah, yah karena memang sebelumnya ga pernah deket ama mahluk yang namanya wanita kontan aja aku langsung keringat dingin, pengen bangunin tapi kasihan juga ngeliatnya dan jadilah sampai hampir tujuan dia tidur di bahuku.
ya ketika sudah sampai di kota T yang dari kota S hanya tinggal sekitar setengah jam lagi bis kami singgah untuk menurunkan penumpang di terminal kota T, dinda yang ngerasa bis berhenti pun langsung kebangun, dan karena masih kebaring di bahuku iapun meminta maaf " sory", lama ya aku tidur di bahumu ?" tanyanya, " ga juga, itung-itung kapan lagi ada cwe cantik mau naro kepalanya di bahuku" jawabku sambil sedikit ngegombal.
setelah selesai menurunkan penumpang Bis pun melanjukan lagi perjalanan menuju kota S, dengan Dinda yang udah bangun, kamipun mulai lagi ngobrol ," siapa nanti yang jemput ?" tanyaku, " ada om ku yang jemput nanti di terminal kota S " katanya,"lho pacarnya mana ?" tanyaku lagi iseng-iseng, "hahahah, ga punya pacar aku ,kan masih sekolah " jawabnya, dan obrolan kami pun semakin seru, sampai serasa kami adalah sahabat yang lama tak jumpa. ketika sudah dekat sampai tujuan akupun memberanikan diri meminta no hpnya , dan diapun memberikan langsung no hpnya tanpa banyak tanya dan langsung ku save.
sesampainya di terminal kota S, semua penumpang pun turun dari bis ,begitu juga aku dan Dinda ,yang ternyata jemputannya pun sudah menunggu, dan dia langsung naik ke motor pamannya dan berlalu sambil melambaikan tangannya padaku. yah pergilah bidadari cantik ini dari hidupku, pikirku sambil berjalan mencari angkutan umum menuju kostku.
setelah dapat angkutan dan tiba dikostku , akupun langsung membongkar bawaan dan langsung merebahkan diri di ranjang tercinta dan langsung terlelap tidur karena kelelahan.....
aku tersentak kaget ketika hand phone tiba-tiba berdering, ooh ternyata dinda , "halo,ad ap Din?" tanyaku,"ga ap-ap, kamu lg dimana?","lgi di kost ni, knapa?" , " ooh, pengen ngajakin kamu jalan ke Gor M ada acara band disana, mw ga?" tanyanya, wah durian runtuh ni, langsung saja ku iakan,, singkat cerita malam itu kami pun pergi ke Gor M, setibanya disana acaranya ternyata ga terlalu rame . merasa suntuk karena pengisi acaranya ga ada yang bagus ,akupun mengajak Dinda jalan-jalan keliling kota......
sambil jalan-jalan kami banyak mengobrol menceritakan diri masing-masing, dan setelah cukup lama muter-muter ga jelas aku mengajak dinda ke kosku yang kebetulan saat itu cukup sepi karena sebagian besar penghuninya sedang pulang kampung.dikos kami duduk diteras , karena hari mulai hujan dan angin pun bertiup kencang, maka mereka masuk
ke beranda dalam ,dan karena mulai akrab omongan kami kesana kemari
dan kadang masalah seks.
Lalu aku menggeser dudukku dan ada sesuatu
yang membuat aku merasa ingin lebih dekat kepada Dinda. Dinda pun dengan
antusias membiarkan aku duduk di sampingnya.
"Din?" kata ku. "aku merasa kamur amat pintar. Apa ndak takut nanti aku macem-macem kan kita berdua sendiri dirumah ini?"
"Ooo.. ndak dong, ngapain juga takut sama kamu..." kata Dinda.
"Oooo... cincin mu bagus tu. Coba ku liat." kata ku sambil meraih tangan Dinda.
Dinda pun diem aja dan membiarkan aku meraih tangannya. tapi memang karena sudah agak larut aku bukannya melihat cincin namun meremas tangannya Dinda , kaloa kata anak sekarang mah "modus" hehehe.
Dinda kaget dan bertanya.
"Jangan, Kak... Malu aku. Masak kakak begitu?" katanya.
"Ooo.. maaf, Dek," kata ku.
Lalu aku kembali melihat cincin dan berkata.
"kamu cantik Dek. Kalo aku punya istri seperti kamu ndak akan ku biarkan kemana-mana," kata ku.
Dinda hanya senyum sambil memandangku.
"beneran Kak. bukannya kakak bilang pengen punya istri 3 masa ndak cukup-cukup? tar bingung lho harus menggilir dan membagi belanja?" kata Dinda mengolokku.
"Oooo.. tenang aja, Dek... nanti aku atur dengan baik hehehe," kata ku.
Lalu aku melingkarkan tangannya ke bahu Dinda.Dinda pun melepaskan
tangan ku itu. akupun maklum, lalu ku dekatkan mulutku dan ku
tiupkan nafasku ke tengkuk Dinda yang di tumbuhi rambut halus sebab
saat itu Dinda mengikat rambutnya.
dan ternyata Dinda diem saja, akupun lalu terus mendekat kearah Dinda, sambil berkata.
"Din... aku suka dengan kamu."
Dinda hanya diam.
Lalu aku kembali meraih tangannya dan menarik Dinda ke pelukanku. Ia pun masih diem saja dan membiarkan aku
memeluknya dan aku pun membelai rambut serta memainkan balik telinga Dinda.
Karena suasana mendukung dan di rumah itu kurang cahaya
listrik karena memang hanya aku sendiri dan malas menyalakan lampu, ditambah hari hujan maka Dinda pun sepertinya terbawa hanyut dalam pelukanku
Merasa mendapat kesempatan,akupun tidak menyia-nyiakannya. ku cium bibir Dinda. dan Dinda yang sudah mulai terbawa arus gairahnya dengan keliaran tanganku,
jari ku berpindah kedalam blus yang dikenakan Dinda. Lalu ku pilin
bukit kembar itu.
Dinda terhengak. Badannya panas dingin merasakan
sensasi itu. Sementara mulutku terus menempel di bibir Dinda
dan turun ke leher jenjangnya. Meskipun hari hujan dengan derasnya di
luar namun badan Dinda mengeluarkan keringat.
Lalu aku
menghentikan aksiku dan terlihat wajah Dinda memerah menahan gejolak
nafsu sekaligus juga perasaan malu. aku tahu Dinda ingin permainan
dilanjutkan namun aku ingin sesuatunya aman.
ku angkat Dinda ke
kamar ku. Di dalam kamar itu aku
membaringkan Dinda lalu aku berjalan ke luar untuk mengunci pintu rumah
serta pintu kamar dari dalam. Dinda tergolek di ranjang kayuku yang sedah cukup tua karena memang kosan ku sudah cukup lama, sambil menunggu aku kembali.
Lalu aku kembali dan memulai aksiku dengan membuka kancing baju Dinda.
Bajunya ku lepaskan dan terbukalah tubuh bagian atas Dinda. Dinda hanya
mendesis dan memicingkan matanya.sepertinya ia merasa malu dan jengah. Setelah
baju itu terbuka, terpampanglah sepasang dada putih mulus tertutup BH
bermerk Wacoal. Dinda memang amat memperhatikan penampilannya.
lalu aku bergerak kebelakang tubuh Dinda
dan menciumi tengkuk yang ditumbuhi rambut halus itu, lalu turun ke
bahu dan leher Dinda. kulihat Dinda hanya merem melek merasakan rangsangan yang
mulai naik keubun-ubunnya.
Lalu tangan tanganku bergerak membuka pengait BH berwarna pink yang masih melekat ditubuh Dinda sehingga terlihatlah dua bukit
salju yang puncaknya kemerahan. aku yang melihat itu, tau bahwa
puting dada Dinda sepertinya belum pernah terjamah tangan laki-laki. dan aku merasa bahwa ada
hentakan dari tubuh Dinda saat ku putar puting dadanya saat itu. Putingnya
pun masih kecil dan dengan bernafsu kuremas dan kupilin
kedua bukit kembar yang ukurannya segenggam tanganku.
Dinda hanya melenguh dan keringat mulai membasahi tubuhnya yang putih mulus
itu. Kepalanya bergerak ke kiri ke kanan menahan geli dan nafsu. Dengan
mulutku ku jilat puting dada Dinda lalu menggigitnya
dengan penuh perasaan, membuat dada yang putih itu menjadi merah dan
lalu jilatan ku pelan-pelan turun ke arah perut Dinda.
Langkahku
terhalang oleh celana Dinda. sambil terus menciuminya perlahan-lahan ku turunkan
celana 3/4 itu ke lutut Dinda dan lewat cdnya ku masuki goa vagina Siska dengan
jari tangannya. Di sana ku temukan hutan yang perawan dan terlindung,
lalu ku temukan goa yang mulai basah. Jari tangan ku pun memasuki goa
terlarang itu dan memilin daging kecil yang ada di sela dinding goa Dinda.
Dinda terperanjat. Buru-buru tangannya menarik tanganku.
"Jangan, Kak. Sudahlah... Kak... Yang itu jangan ya Kak." pinta Dinda kepadaku.
"aku takut hamil, aku masih belum mau menikah kak," kata Siska.
ku hentikan aksiku. Dengan wajah menahan nafsu,ku pandangi Dinda. aku tahu juga bahwa Dinda pun sedang menikmati aksiku tadi. Ada
bayangan kecewa dari mata Dinda, namun aku mengerti, bahwa memang
sebagai seorang perawan Dinda adalah seorang gadis baik-baik. Wajarlah
kalau keperawanannya ingin ia persembahkan kepada suaminya kelak dan juga menjaga nama baik keluarganya.
"kakak... kan sudah mendapatkan apa yang kakak inginkan. Maaf, kak... Mungkin kakak kecewa..." kata Dinda
"kak..
sampai saat ini pun belum ada yang pernah mencium
bibir ku apalagi sampai telanjang seperti ini.. Hanya kakaklah yang mampu buat aku bisa sampai seperti saat ini. Maafkan aku kak."
akupun diam, aku merasa Siska benar, namun hasrat yang sudah terlanjur naik membuatku ingin ingin sekali menuntaskan
gelora birahiku ini... Maka sekali lagi ku peluk Dinda yang saat itu
bertelanjang dada.
Lalu ku raih bibir Dinda dan
menciuminya Dinda diam saja. Ia tahu aku pasti kecewa, ia biarkan
saja aku kembali bertindak seperti tadi.
Lalu dengan lidah ku, aku kembali bermain di rongga mulut Dinda dan tanganku meraih dadaDinda. Dinda membiarkannya. Ia sepertinya tidak ingin mengecewakan ku.
Lalu aku mulai aksiku kembali mulai dengan memilin buah dada Dinda hingga Dinda mau tidak mau bangkit nafsunya. aku ingin sekali merenggut
kegadisan gadis cantik ini, apapun resikonya.aku sudah setengah jalan.
Lalu Dinda kembali ku rebahkan di kasur ranjangku. aku pun membuka
busananya. Lalu ku buka kemeja juga celana panjangku sehingga aku
hanya memakai celana dalam saja.
Lalu ku buka lagi celana
3/4 Siska yang sudah dinaikkannya lagi saat pergumulan kami terhenti sebentar tadi sampai terlihat cdnya .
Masih terpasang CD itu, kuletakkan jari tangankua di
belahan bibir vagina Siska. lalu dari samping CD itu ku masuki goa itu
dengan jariku.
Dinda berkali kali kulihat nampaknya merasa lonjakan pada dirinya
tanda nafsunya menaik. aku tahu, Dinda mulai tak sadar akan
tindakannya. Lalu CD itu ku turunkan dari selangkangan Dinda.
Dengan
sebelah tangannya, ku belai bibir vagina dan memainkan klitoris Dinda. Dinda histeris. Lalu kepalaku turun diantara paha Dinda
dan menjilat kelintit yang telah memerah itu. kulihat hal ini cukup membuat Dinda terpejam matanya dan kakinya menghentak hentak kegelian.
sepertinya ada
sedikit malu pada dirinya saat itu. Namun rasa itu hilang dengan gelora
birahinya. aku tahu itulah saat-saat seorang gadis ingin
merasakan sorga dunia. karena mendengar cerita teman-temanku yang memang sudah sering melakukan hal itu.
Tidak
berapa lama kemudian Dinda memuncratkan air maninya keluar sedangkan
saat itu lidahku sedang ada di bibir vaginanya. Dinda orgasme
dan lemaslah seluruh tubuhnya.
Lalu aku kembali memilin
dada dan bibir vagina Dinda. Dindapun hanya pasrah
padahal saat itu ia telah melarang aku menjamah kemaluannya.
Setelah
yakin Dinda mulai naik nafsunya, ku lihat Dinda terpejam dan
kakinya menghentak-hentak, maka ku buka CDku, sehingga tersembullah
sebatang kontol yang meskipun tampak hitam namun cukup menantang menurutku. Penis ku tegak perkasa ingin memasuki
goa terlarang milik Dinda.
Dinda tampak terkejut melihat panjang dan
besarnya penisku yang tegak saat itu. mungkin seumurnya baru kali ini
ia melihat yang sebesar itu. Saat disekolah memang ada pelajaran biologi namun ia hanya melihat vital
pria digambar dan tidak membuatnya takut.
Perlahan tangan
ku buka paha Dinda namun Dinda merapatkan pahanya. Sebagai
perawan ia merasa harus mempertahankannya. Berulang-ulang aku
berusaha membuka paha Dinda. ku ciumi betis dan jari Dinda.dan aku tahu Dinda akan menyerah.
Memang tindakanku itu membuat kedua paha Dinda terkuak dan terbuka sehingga tampaklah lobang yang basah dan rapat.
Tanganku mengelus elus paha yang putih itu dengan hati-hati. setelah
paha Dinda sempurna terbuka lalu ku angkat kedua kaki Dinda ke bahuku.
Lalu ku ganjal pinggul Dinda dengan bantal. aku berharap penisku akan
lancar saja masuk ke vagina Dinda. setelah itu, kuarahkan kepala
penisku.
Dinda memejamkan matanya, tidak berani menatap aksiku. Berulang-ulang ku coba namun terus gagal. Dinda pun
telah bersimbah keringat sehingga kulitnya jadi mengkilat, ditindih
tubuh hitam ku yang juga berkeringat.
Lalu ku buka kaki Dinda agak melebar dan paslah kepala penisku memasuki dinding perawan
itu. Lalu ku raih tangan Dinda dan ku pegang keduanya sedang kontolku
telah mulai masuk.
"Aduhhhhhh..... Saaaakitttt, sakitttt... kakkk..." jerit Dinda.
aku menghentikan goyanganku... aku sadar itulah saat selaput dara Dinda
robek dan perlahan-lahan kudorong penisku masuk seluruhnya...
"Aduuuukhhhhhhhhh.... Ugghhhhhh.... Ampun, kak...." jerit Dinda.
Laluku kulum bibir Dinda dengan mulutku sehingga jeritan Dinda
tidak membuat pecah konsentrasiku. ku lihat ada titik air mata menetes di mata Dinda ... Ia menangisi.... telah tidak gadis lagi dan kegadisannya
direnggut orang yang sebenarnya baru dikenalnya.
Lalu... air mata Dinda
telah bercampur dengan keringat pada wajah dan badannya. Sedang saat itu
di luar rumah sedang hujan deras seakan tidak mau kalah dengan apa yang terjadi dalam kamarku saat itu.
Berkali-kali ku majumundurkan
penisku keluar masuk lobang yang masih perawan itu. memang seperti itu dalam hatiku dan wajar jika gadis menangisi saat ia diperawani. Memang awalnya sakit namun
setelah agak lama hubungan kelamin itu semakin nikmat rasanya begitu kata teman-temanku. dan hal itu mungkin yang
dirasakan Dinda saat itu. kami memang masih mentah dalam hubungan seks, namun karena memang naluri sebagai mahluk hidup kali sehingga gerakan kami seirama.
Lalu setelah beberapa menit kemudian aku muntahkan spermanya di dalam vagina Dinda. Dinda pun dari tadi
telah beberapa kali orgasme. Lalu kuhentikan gerakanku dan
tetap ku biarkan penisku tertanam di dalam lobang kemaluan Dinda. kamipun tertidur dan dinda tampaknya merasa letih dan nyilu pada selangkangannya.
Malam
itu kulihat adanya noda darah pada paha dan seprei yang
telah kusut karena permaianan kami tadi. Menjelang subuh aku
kembali mengulang permainan ranjang itu.Dinda pun seolah mulai mengerti
dan tau caranya.
Malam itu sempat terjadi 3 kali permainan habis-habisan. Seolah dunia milik kami berdua saja
setelah malam itu kami pun jadian, dan ku belikan dia pil KB jaga-jaga karena aku sering mengeluarkan spermaku didalam vagina Dinda ,dan juga karena aku masih ingin kuliah dan Dinda pun masih ingin sekolah. kamipun sering melakukan hal itu dimana saja kami ingin, bahkan pernah suatu kali di lapangan bola dan ini akan kuceritakan lain kali..............................................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar